Kalimat tersebut sering diucapkan orang. Mungkin kita pun salah satu yang pernah mengatakan saat ditanya rencana hidup. Maknanya terasa dalam, bijak, penuuh makna. dan terasa filosofis. Namun, sebaris kata tersebut terkadang tidak cukup dipahami oleh yang mengucapkan. Dari sebagian yang memahami, tidak sedikit orang yang mengambil maknanya dari sudut pandang yang cenderung negatif.
Dengan prinsip, " menjalani hidup mengalir seperti air" banyak orang merasa bahwa hidup adalah sekedar menjalani suratan takdir. Kelompok ini seolah menihilkan adanya peran besar perencanaan yang matang dan optimalisasi potensi serta memaksimalisasi ikhtiar menjemput takdir.
Memikirkan makhluk Allah bernama air, kita akan mendapat banyak hikmah yang bertentangan dengan pemahaman di atas. Air dapat memperoleh sesuatu dari kelembutannya tanpa merusak, karena air bergerak sedikit demi sedikit namun pasti. Dibalik kelembutanya, air dapat melubangi bebatuan yang keras dengan tetesannya terus menerus.
Air adalah makhluk Allah yang tak kenal putis asa saat berjuang meraih goal ( target). Saat air mmengalir menuju muara akhir- samudra luas- meski mendapat halangan, air akan tetap mengalir mencari jalan meski yang tersedia cuma celah kecil.
Jika penghalang tersebut-misal bendungan- tidak menyisakan celah sekecil apapun, air pun tidak putus asa. Air berusaha meresap melalui tanaah. Jikapun meresap tidak memungkinkan, air akan bersatu menyusun kekuatan untuk bisa melampaui bendungan yang jadi penghalang. Saat air mengalami kemustahilan pada dua alternatif jalan itu, dengan memanfaatkan panas matahari, air akan menguaip untuk berubah menjadi awan dan turun kebumi lagi menjadi air hujan, setelah itu melanjutkan perjuangan mencapai target, samudra yang luas.
Belajar dari " mengalir seperti air " menjadi sebuah keniscayaan bagi siapapun yang punya prinsip tersebut dan yang ingin mencapai samudra kesuksesan yang luas, harus membuat goal ( target ) hidup serta tak pernah menyerah untuk mewujudkannya.
Dikutip dari : Majalah "Hadilla" edisi Januari 2011.
Oleh : Dir. Solo peduli, Supomo S.s.
Dengan prinsip, " menjalani hidup mengalir seperti air" banyak orang merasa bahwa hidup adalah sekedar menjalani suratan takdir. Kelompok ini seolah menihilkan adanya peran besar perencanaan yang matang dan optimalisasi potensi serta memaksimalisasi ikhtiar menjemput takdir.
Memikirkan makhluk Allah bernama air, kita akan mendapat banyak hikmah yang bertentangan dengan pemahaman di atas. Air dapat memperoleh sesuatu dari kelembutannya tanpa merusak, karena air bergerak sedikit demi sedikit namun pasti. Dibalik kelembutanya, air dapat melubangi bebatuan yang keras dengan tetesannya terus menerus.
Air adalah makhluk Allah yang tak kenal putis asa saat berjuang meraih goal ( target). Saat air mmengalir menuju muara akhir- samudra luas- meski mendapat halangan, air akan tetap mengalir mencari jalan meski yang tersedia cuma celah kecil.
Jika penghalang tersebut-misal bendungan- tidak menyisakan celah sekecil apapun, air pun tidak putus asa. Air berusaha meresap melalui tanaah. Jikapun meresap tidak memungkinkan, air akan bersatu menyusun kekuatan untuk bisa melampaui bendungan yang jadi penghalang. Saat air mengalami kemustahilan pada dua alternatif jalan itu, dengan memanfaatkan panas matahari, air akan menguaip untuk berubah menjadi awan dan turun kebumi lagi menjadi air hujan, setelah itu melanjutkan perjuangan mencapai target, samudra yang luas.
Belajar dari " mengalir seperti air " menjadi sebuah keniscayaan bagi siapapun yang punya prinsip tersebut dan yang ingin mencapai samudra kesuksesan yang luas, harus membuat goal ( target ) hidup serta tak pernah menyerah untuk mewujudkannya.
Dikutip dari : Majalah "Hadilla" edisi Januari 2011.
Oleh : Dir. Solo peduli, Supomo S.s.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar